* Dinkes Harus Proaktif
LUBUKLINGGAU- Langkah Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Lubuklinggau untuk melakukan pengawasan terhadap makanan dan minuman (makmin) yang mengandung bahan campuran berbahaya mendapat dukungan masyarakat.
Selaku konsumen makmin termasuk jajanan Pasar Ramadhan, masyarakat mengaku tidak mampu membedakan mana jajanan yang menggunakan bahan-bahan yang memenuhi standar kesehatan dan mana jajanan yang ternyata menggunakan bahan yang dianggap membahayakan.
“Bagus saja, karena kita pembeli, memang tidak mengerti masalah itu,” kata warga RT 3 Kelurahan Puncak Kemuning, Siti di kediamannya, kemarin (15/8).
Dia mengharapkan agar seluruh pedagang termasuk di Pasar Ramadhan nanti benar-benar mentaati larangan penggunaan bahan-bahan seperti pengawet, pemanis dan pewarna buatan yang tidak memenuhi standar kesehatan.
“Mudahan sih, tidak ada yang sepeti itu,” ujar dia.
Selain itu, ia juga mengharapkan agar Dinkes, benar-benar melakukan pengawasan yang ketat, terhadap seluruh pedagang Pasar Ramadhan mengingat jajanan yang dijajakan di pasar tersebut, merupakan menu pembuka, yang selalu dicari masyarakat, sebagai hidangan pembuka saat puasa.
“Kalau seperti itu, pengawasannya benar-benar harus diperketat, karena yang membeli, kebanyakan untuk hidangan buka puasa. Bagaimana seandainya perut kita yang kosong karena puasa, ternyata saat berbuka makan makanan yang tidak sehat,” terangnya.
Selain melakukan pengawasan, ia meminta Dinkes bisa mensosialisasikan kepada masyarakat terkait ciri-ciri makanan yang menggunakan bahan-bahan yang tidak memenuhi standar kesehatan dengan makanan yang telah memenuhi standar kesehatan.
”Kalau perlu, Dinkes juga sosilaisasikan ke masyarakat, jadi masyarakat juga tahu, mana makanan yang sehat, mana yang tidak sehat, jadi kalau lepas dari pengawasan, masyarakat tetap tahu dan tidak akan membeli,” ungkapnya.
Disinggung soal sanksi tegas terhadap penjual makmin dengan bahan campuran berbahaya, Siti mengatakan setuju. Pedagang nakal harus diberi sanksi tegas, sebagai efek jera bagi dirinya sendiri, dan menjadi contoh bagi pedagang lainnya agar tidak menggunakan bahan-bahan tersebut, untuk mengejar keuntungan yang lebih besar.
”Harus tegas, kalau tidak pasti pedagangnya mengulangi lagi,” pungkasnya.
Sementara itu, Yudi yang merupakan pedagang musiman di saat Ramadhan tiba, mengaku tidak pernah menggunakan bahan-bahan yang dilarang tersebut untuk membuat makanan yang akan dijajakannya di Pasar Ramadhan. Menurutnya, penggunaan bahan-bahan tersebut, memang sangat menjanjikan keuntungan yang lebih besar, mengingat biaya yang dikeluarkan untuk membuat makanan dengan bahan-bahan tersebut, lebih murah dibanding menggunakan bahan-bahan yang memenuhi standar kesehatan, seperti yang dianjurkan.
”Kalau saya tidak pernah, setahu saya memang lebih murah, jadi banyak yang pakai,” kata Yudi, kepada Musirawas Ekspres, kemarin.
Bahkan, ia sebagai salah seorang pedagang, terkadang terkecoh dengan penggunaan bahan-bahan yang dilarang tersebut, mengingat banyaknya jajanan yang dijajakan di lapak-lapak pedagang pasar Ramadan. Oleh karena itu dibutuhkan ketelitian untuk membedakan makanan yang memenuhi standar kesehatan, dengan yang tidak memenuhi standar. Namun ia setuju dengan upaya pengawasan yang akan dilakukan Dinkes, serta pemberian sanksi bagi pedagang, yang menggunakan bahan-bahan tersebut.
”Susah bedakannya, tetapi lebih baik diawasi saja, karena kita juga berdagang tetapi tetap memperhatikan kesehatan makanan yang kita jual, kalau perlu sanksinya yang tegas, supaya pedagang juga kapok,” pungkasnya. (ME06)
Minggu, 15 Agustus 2010
Warga Tidak Paham Ciri Makmin Berbahaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar